Penghianatan - Морган Райс 3 стр.


Samantha mendengar kedua pintu dibelakangnya terbuka, dan dia menoleh untuk melihatnya.

Jantungnya berhenti.

Seseorang diseret oleh dua orang vampire, kaki dan tangannya dirantai. Itu adalah Sam.

Mereka telah menemukannya.

Mulutnya disumpal, dia tidak dapat bersuara walaupun dia telah mencoba untuk mengeluarkan bunyi, dia tidak dapat. Matanya terbuka dengan terkejut dan ketakutan. Mereka enyeretnya ke sebelah ruangan, rantai berderik, mereka menahannya dengan keras, memaksanya untuk melihat.

“sepertinya kamu tidak hanya kehilangan pedang, namun juga timbullnya perasaan terhadap manusia, mencederai semua aturan yang ada pada ras kita,” Rexius berkata. “ hukumanmu, Samantha, untuk melihat penderitaan orang yang engkau sayangi. Aku dapat merasakan bahwa yang kamu sayangi bukanlah dirimu. Namun pria ini. Manusia, kerdil dan menyedihkan ini. Baiklah,” dia berkata, mendekat dan tersenyum. “begitulah kamu akan dihukum. Kami akan memberikan pria ini esakitan yang luar biasa.”

Jantung Samantha berdegup kencang. Ini tidak seperti yang dia perkirakan, dan sesuatu yang tidak mungkin ia biarkan. Bagaimanapun.

Dia melakukan sesuatu, melewati penjaga-penjaga Sam. Dia mendekati salah seorang, menendangnya keras pada dadanya. Dan dia terpental jauh kebelakang.

Namun sebelum dia sempat menyerang vampire lainnya, beberapa vampire mendekkatinya, memegangnya, menjepitnya. Dia meronta sekuat tenaganya, namun jumlah mereka terlalu banyak, dan dia tidak dapat menandingi kekuatan para vampire itu sekaligus.

Dia melihat takberdaya kepada beberapa vampire yang menyeret Sam, menuju ketengah ruangan. Mereka menaruhnya ditengah ruangan- titik yang bersebrangan dengan hukuman asam ioric. Pada vampire, hukuman itu sangat menyakitkan. Menghantui sepanjang hidup.

Pada manusia, walaupun, kesakitannya tidak dapat diperkirakan, dan hukuman itu dapat berarti, kematian yang mengerikan. Mereka membawa Sam menuju proses eksekusi. Dan mereka memaksa Samantha untuk melihatnya.

Rexius tersenyum semakin lebar, saat rantai Sam dilepaskan. Saat Rexius menganggukan kepalanya, salah satu pelayannya merobek plester pada mulutnya.

Sam segera melihat kepada Samantha, ketakutan terpancar dari matanya.

“Samantha!” ia berteriak. “ Tolong, selamatkan aku!”

Samantha, menyalahkan dirinya, airmatanya keluar. Tidak ada, sesungguhnya tidak ada yang dapat ia lakukan.

Enam vampire mendorong sebuah panci besar terbuat dari besi, mengepul dan mendidih, diletakan diatas tangga. Mereka siap pada posisinya, tepat diatas kepala Sam.

Sam melihat keatas.

Dan yang ia lihat terakhir kali adalah cairan panas dan medidih jatuh mengenai wajahnya.

EMPAT

Caitlin sedang berlari, di kebun bunga setinggi pinggangnya, dan saat dia berlari dia memotong melewati jalan setapak. Matahari bersinar kemerahan seperti bola yang besar diatas cakrawala.

Berdiri membelakangi matahari, pada cakrawala, adalah ayahnya. Atau setidaknya, bayangan ayahnya. Gambaranya tidak begitu jelas, namun dia tahu bahwa itu adalah ayahnya.

Saat Caitlin lari dan berlari, dengan putus asa hanya untuk bertemu dengannya, untuk memeluknya, matahari pun tenggelam dengan cepat, sangat cepat. Semuanya terjadi begitu cepat, hanya hitungan detik, sang matahari tenggelam dengan sempurna.

Ia menemukan dirinya berlari melewati lapangan di tengah malam. Ayahnya masih berada disana, menunggunya. Dia merasa ayahnya menginginkannya untuk berlari dengan cepat, dan dia ingin memeluknya. Namun kedua kakinya tidakk dapat berlari lebih cepat lagi, sekuat apapun dia mencoba, malah membuatnya menjadi semakin jauh.

Saat dia berlari, bulan tiba-tiba terbit pada cakrawala- bulan yang besar, dan berwarna merah, menghiasi seluruh langit. Caitlin dapat melihat semuanya secara jelas, lengkungannya, lubagnya. Semuaya sangat jelas. Ayahnya berdiri, dihiasi baying-bayangnya, dan saat dia ingin berlari lebih cepat lagi, dia seperti berlari menuju ke bulan yang sangat besar itu.

Semuanya tidak berjalan dengan baik. Tiba-tiba kedua kakinya tidak dapat digerakan sama sekali. Ia mencoba melihat kebawah dan dia melihat tanaman telah melilit pergelangan kakinya, dan tanaman itu semakin menjalar. Tanaman itu sangat tebal dan kuat, sebentar lagi dia tidak akan bias bergerak.

Saat dia melihat, seekor ular besar merayap menuju dirinya, melewati lapangan tersebut. Dia mencoba melawan, untuk melarikan diri, namun usahanya sia-sia. Yang bias dia lakukan hanyalah melihat ular itu menghampirinya. Saat ular itu mendekat, ular tersebut melompat menerjang menuju tenggorokannya. Dia berbalik dan berteriak, ia merasakan taring panjang ular tersebut menusuk tenggorokannya. Sakitnya sangat mengerikan.

Caitlin tiba-tiba bangun, duduk diatas tempat tidurnya dan bernafas dengan sangat berat. Dia meraba tenggorokannya da merasakan dua bekas luka disana. Lalu, dia merasa bingung akan mimpinya yang terasa sangat nyata, lalu dia mencari ular itu di kamarnya. Namun ular itu tidak ada.

Dia mengusa tenggorokannya,. Sakitnya masih terasa, namun tidak sesakit seperti yang dimimpi. Dia menarik nafas dalam.

Caitlin diselimuti dengan keringat dingin, jantungnya masih berdeup kencang. Dia mengusap wajah dan pelipisnya, dia dapat merasakan dinginnya, rambut basahnya menempel. Sudah berapa lama dia tidak mandi? Mencuci rambutnya? Dia tidak dapat mengingatnya. Sudah berapa lama dia terbaring disana? Dan diamana dia sebenarnya?

Caitlin melihat keseluruh ruangan. Ruangan itu merupakan ruangan yang sama dari beberapa waktu yang lalu- apakah itu dalam mimpi, atau dia pernah ada diruangan ini sebelumnya? Ruanganitu seluruhnya terbuat dari batu, terdapat sebuah ruangan, kubah jendela, yang membuatnya dapat melihat langit malam, dan indahnya bulan purnama, cahayanya masuk kedalam.

Dia duduk diujung tempat tidurnya dan mengusap dahinya, mencoba untuk mengingat. Seperti yang ia lakukan, dia merasakan sakit yang amat sangat didalam dirinya. Dia meraba kebawah, dan merasakan bekas luka. Dia mencoba mengingatnya dari mana bekas luka itu ia dapatkan. Apakah seseorang menyerangnya?

Caitlin berpikir keras, dengan lambat, namun pasti, deteilnya pun kembali. Boston. Jejak kebebasan, kapel kerajaan. Pedang. Lalu penyerangan. Lalu…

Caleb. Dia ada di sana waktu itu, mencoba untuk mencari dirinya. Dia tidak mampu berkata-kata, lalu dia berkata kepadanya. Ubahlah aku, dia memintanya…

Caitlin mengangkat tangannya dan merasakan dua tanda pada samping lehernya, dan dia mengetahui bahwa caleb telah mendengarkannya.

Itu sudah menjelaskan semuanya. Caitlin berdiri dan menyadari. Dia telah berubah. Dia telah dibawa kesebuah tempat, mungkin untuk pemulihan, mungkin dalam jarak pandang Caleb. Dia mencoba menggerakan tangan dan kakinya, memutar lehernya, dan menggerakan seluruh badannya..

Dia merasakan beda, itu yang ia rasakan. Dia bukanlah dirinya yang dulu. Dia merasakan kekuatan tanpa batas muncul didalam dirinya. Perasaan untuk berlari dengan kencang, menembus tembok, melompat diudara. Dia juga merasakan sesuatu yang lain: terdapat dua tonjolan dibelakangnya, dibelakang bahunya. Sagat tajam, namun dia tahu sebelumnya tonjolan itu tidak ada. Sayap, dia tahu, dia merasakan, kalau dia ingin terbang, sayap itu akan terbuka dengan sendirinya.

Caitllin telah terbuai dengan kekuatan barunya. Dia sangat ingin untuk mencobanya. Dia merasa bosan- dia tidak tahu telah berapa lama dia disana- dan dia ingin melihat bagaimana bentuk dunia luar. Dia juga merasakan sesuatu yang baru lagi; perasaan yang liar. Perasaan yang membuat dia merasa tidak dapat mati. Jadi dia dapat melakukan tindakan yan bodoh, dia memiliki nyawa yang tidak terbatas sehingga dia dapat bermain-main dengannya. Dia ingin mencoba semuanya sampai pada batasnya.

Caitlin berbalik dan melihat ke jendela, pada langit malam. Jendela tersebut terletap kada kubah yang lebar, tanpa kaca, sehingga beberapa elemen dapat masuk. Singkatnya seperti bangunan pada abad pertengahan.

Dahulu, Caitlin saat dia masih menjadi manusia dia memiliki keraguan, selalu berfikir apa yang akan dilakukannya, selalu berfikir dua kali. Namun Caitlin yang sekarang tidak memiliki keraguan. Singkatnya apa yang dia pikirkan, akan langsung dikerjakan.

Dengan beberapa gerakan, Caitlin melompat ke jendela dan melayang di udara bebas.

Beberapa bagian dari dirinya, beberapa insting, berkata pada dirinya saat dia melayang, sayapnya akan berkembang. Jika dia salah, dia akan jatuh terjerembab, ratusan kaki dari permukaan tanah. Namun Caitlin yang baru berfikir bahwa dia tidak akan pernah salah.

Dan dia tidak salah, dia melompat pada langit malam, sayapnya berkembang dari belakang bahunya, dan dia merasakan sensasiluar biasa dari penerbanganya, melayang diudara. Dia merasa sangat puas akan panjang dan lebar sayapnya, erasakan kesegaran langit malam menerpa wajahnya, rambut, juga tubuhnya. Malam itu, bulan muncul dengan sempurna, membawa malam itu sekan-akan malam adalah pagi hari.

Caitlin melihat kebawah dan dia dikaruniai pengelihatan seekor burung. Dia dapat merasakan air, dan dia benar. Dia berada disebuah pulau. Disekelilingnya, pada setiap, disetiap arah, membentang sungai besar yang indah, airnya sangat jernih disinari oleh cahaya rembulan. Itu merupakan sungai terlebar yang pernah ia lihat. Dan ditengahnya terdapat sebuah pulau dimana dia tertidur. Sebuah pulau yang kecil tidak lebih dari selusin acre, bagiannya didominasi oleh reruntuhan kastil skotlandia. Sisa dari pulau tersebut hanyalah hutan belantara.

Saat Caitlin terbang diudara, naik dan turun mengikuti arah angin, berputar dan menukik, dia memutari kembali pulau itu. Kastil itu sangat besar dan indah. Sebagian sudah runtuh, namun disisi lain, yang tersembunyi dari jarak pandang, masih terlihat utuh. Terdapat halaman luar dan halaman dalam, benteng, menara kecil, tangga berliku, dan berhektar-hektar taman. Itu cukup untuk menaruh pasukan tentara dalam jumlah yang kecil.

Saat dia menukik, dia melihat interior dalam kastil itu disinari dengan cahaya obor. Dan ada manusia yang berdesakan. Vampire? Dia merasakan bahwa itu memang benar vampire. Mahluk yang sama dengan dirinya. Mereka berjalan, berinteraksi denganvampir lainnya. Beberapa diantaranya sedang latihan, bermain pedang, melakukan permainan. Pulau itu penuh dengan aktifitas. Siapakah orang-orang itu? Mengapa dia ada disini? Apakah mereka yang membawanya kesini?

Saat Caitlin menyelesaikan putarannya, dia melihat ruangan tempat dia meloncat. Dia telah tinggal pada menara tertinggi, menghadap ke benteng yang besar, dengan teras terbuka. Disana berdiri seseorang, seorang vampire. Caitlin tidak perlu terbang lebih dekat untuk mengetahui siapa vampire itu. Dia sudah mengetahuinya, didalam hati dan jiwanya. Darahnya sudah mengalir didalam dirinya, dan dia mencintainya dengan segenap hati. Sekarang dia telah merubah dirinya, dia mencintai pria itu lebih dari sekedar cinta. Dia tahu, walaupun dari jarak jauh, figure yag menghadap keruangannya adalah Caleb.

Hatinya riang melihat Caleb. Dia ada disini. Itu memang dia. Berdiri disana, menunggu, tepat diluar ruangannya. Dia mungkin telah menunggu Caitlin untuk pulih selama ini.

Siapa yang tahu waktu telah berjalan berapa lama? Pria itu tidak pernah meninggalkan dirinya. Walau apapun yang telah terjadi dan apa yang sedang terjadi sekarang. Dia mencintai pria itu lebih dari yang bias dia ucapkan. Dan sekarang, mereka akan selalu bersama dalam keabadian.

Dia berdiri disana, bersender pada salah satu benteng, menatap kea rah sungai, tatapannya prihatin dan sedih.

Caitlin turun menuju padanya, berharap dia mengejutkannya, untuk mengejutkannya dengan kekuatan barunya.

Caleb melihat ke atas, dan terkejut,lalu wajahnya dihiasi senyum.

Namun saat Caitlin mendarat, ada sesuatu yang tidak beres. Dia kehilangan keseimbangannya, dia terhuyung. Dia berfikir mungkin dia terbang terlalu cepat, dan tidak dapat memperbaikinya tepat waktu. Saat dia tiba pada benteng itu, lututnya terantuk pada batu dan dia mendarat dengan keras, lalu terguling menabrak sebuah batu.

“Caitlin!” Caleb berteriak, lari menuju dirinya.

Caitlin terbaring pada sebuah batu yang besar, kakinya terasa sangat sakit. Namun dia tidak apa-apa. Jika dia menjadi Caitlin yang dulu, manusia seutuhnya, dia mungkin akan mematahkan beberapa tulangnya. Namun dalam bentuknya yang baru, Caitlin dapat bertahan, pulih dengan seketika, mungkin dalam hitungan detik.

Caitlin menjadi malu. Dia mau mengejutkan Caleb dan membuatnya teresan. Sekarang dia terlihat seperti orang bodoh.

“Caitlin?” dia bertanya lagi, sambil berlutut disampinya, menyandarkan tangan pada pundaknya. “kamu tidak apa-apa?”.

Caitlin menatapnya dengan tersenyum kecil.

“ Aku mau mencoba membuatmu terkesan” dia berkata, merasa sangat bodoh.

Lalu Caleb melihat pergelangan kaki Caitlin, memeriksa apakah dia terluka.

“ aku bukan manusia lagi,” katanya, “kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku.”

Tiba-tiba dia menyesal dengan apa yang telah ia katakana, dan intonasinya. Kata-katanya seperti sebuah tuduhan, hamper seperti dia merasa menyesal telah berubah. Dan dia tidak bermaksud membuat intonasi kasar seperti itu. Disisi lain, dia sangat menyukai apa yang caleb lakukan, sangat senang kalau ternyata dia masih memperhatikannya. Dia ingin berterimakasih padanya, dan mengucapkan banyak hal, namun seperti biasa, dia menghancurkannya, dan mengucapkan kata-kata yang tidak sepatutnya pada waktu yang tidak tepat.

Ini merupakan kesan pertama yang sangat buruk sebagai Caitlin yang baru. Dia tetap tidak dapat membuat mulutnya tertutup. Jelas, ada sesuatu yang tidak dapat berubah, bahkan dalam keabadian.

Caitlin berdiri, dan saat dia akan menepuk bahu Caleb dan mengucapkan maaf, tiba-tiba dia mendengar suara isak, dan merasakan awan kemarahan pada wajahnya. Dia memundurkan diri, dan menyadari apa itu sebenarnya.

Rose. Bayi serigala Caitlin, Rose melompat kedalam pelukan Caitlin. Rose sangat kegirangan, dan menjilati seluruh wajah Caitlin. Caitlin tidak dapat menahannya, dia hanya tertawa. Dia memeluk rose, menariknya dan menatapnya.

Masih bayi, namun Rose sudah sedikit bertumbuh, dan lebih besar dari yang Caitlin inga. Caitlin berfikir, dan mencoba mengingat kapan terakhir dia melihat rose, pada kapel kerajaan, terbaring di lantai, berdarah, ditembak oleh Samantha. Saat itu dia piker Rose telah mati.

“dia telah melewatinya” Caleb berkata, membaca pikirannya, seperti biasa. “rose sangat tangguh, seperti induknya,” dia menambahkan dengan tersenyum.

Caleb mungkin telah mengawasi mereka berdua selama ini.

“sudah berapa lama aku tidak sadar?” Caitlin bertanya.

“ satu minggu,” Caleb menjawab.

Satu minggu, pikir Caitlin dalam hati, luar biasa.

Dia berfikir kalau dia tidak sadar selama hamper sattu tahun. Dia fikir dia sudah mati dan kembali hidup, namun dalam bentuk yang baru. Dia merasa bersih, sama seperti dia memulai kehidupannya yang baru dengan lembaran yang baru.

Namun dia mengingat apa yang terjadi selama ini, dan menyadari bahwa selama satu minggu ini bagian dari keabadian. Mereka telah mencuri pedang itu. Dan adiknya, Sam, telah diculik. Satu minggu telah berlalu. Mengapa Caleb tidak mencarinya? Setiap menit sangatlah berarti.

Назад Дальше